Hartayang didapat di dunia ini hanya sebagian kecil dari kekusaan Allah Swt. Allahlah yang Mahakaya lagi Mahamemiliki. Dan apa-apa yang didapat oleh manusia di dunia ini hanyalah titipan semata. Maka, diakhirat nanti, semua akan dipertanggungjawabkan. Manusia lupa, bahwa harta bukanlah segalanya. Allah Mahakaya, maka Allah Swt. tidak lagi LAMANRIAUCOM - Jika kita memilikiharta, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan dan lain sebagainya hanyalah titipan. TikTokvideo from chelsea (@plompongdwi): "##semua hanya titipan ALLAH jangan lah sombong#ShapeShift". elingo bondo donyo lan sapiturute kui kabeh mung titipan gusti ALLAH, suk yen mati ora bakal kok gowo nang jero kubur, sg kok gowo mung kain kafan karo amal ibadah mu iling ilingen. original sound - D.Kusmintarko@. Islamtelah mengatur tata cara etika bisnis yang ideal sehingga tidak merugikan salah satu pihak ataupun bagi keduanya, yang mana dalam hal ini Islam selalu mengedepankan prinsip keadilan dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam setiap kegiatan bisnis dengan berpedoman pada Q.S. Al-Baqarah ayat 188 yang menyebutkan "Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara Semuaitu sebenarnya merupakan titipan dan ujian. Allah SWT berfirman di dalam surah at-Taghabun (64) ayat 15, "Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah pahala yang besar". Kelima, harta adalah bekal beribadah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. zVmlk. Tafsir ayat Al-Qur'an di bawah ini menegaskan bahwa semua yang ada di alam semesta itu milik Allah SWT. Berikut penjelasan tentang kutipan yang ada pada sebagian ayat QS. Al-Baqarah Ayat 284 لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ "Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. QS. Al-Baqarah 2 284 Ayat di atas setidaknya diulang-ulang di 16 tempat dalam al-Qur'an. Semua ayat tersebut menegaskan bahwa apa yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah SWT, tidak ada satu pun yang dimiliki oleh selain-Nya termasuk manusia. Kalaupun ada hak milik yang dimiliki oleh manusia, itu dengan pola istikhlaf saja; pinjaman, titipan, inventaris atau hak guna pakai, sebab di saat manusia meninggal, hak miliknya kembali kepada Allah SWT. Dalam ayat yang lain Al-Qur'an menegaskan bahwa manusia harus beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan menafkahkan sebagian dari harta milik dimana Allah telah menjadikan itu semua sebagai sebuah titipan /istikhla. QS. Al-Hadid 7. Kesalahan terbesar manusia yang enggan atau malas berinfaq di jalan Allah SWT adalah karena merasa harta yang dimilikinya adalah miliknya. Ia lupa bahwa harta itu hanya dititipkan saja oleh Allah kepadanya sementara. Suatu saat akan Allah tarik kembali, dan suatu hal yang sah-sah saja jika Sang Pemilik sebenarnya menghendaki agar harta tersebut dikelola sesuai yang diinginkan-Nya melalui Zakat, infaq dan shodaqoh. Terlebih faktanya itu tidak menghabiskan semua harta yang dititipkan kepadanya. Orang yang menyadari bahwa apa yang ada di dunia ini semuanya milik Allah juga tidak akan bersedih hati ketika musibah menimpanya. Ia malah akan berbahagia dengan kesabaran yang tinggi. Sebab ia sadar sepenuhnya bahwa dirinya dan semua yang dimilikinya semula tidak dia miliki, hanya Allah SWT kemudian memberinya titipan. Kalau kemudian hilang atau berkurang, itu berarti Allah SWT sebagai Sang Pemilik yang mengambilnya kembali. Seperti dijelaskan pada QS. Al-Baqarah 155-156. Seorang sahabat perempuan Umu Sulaim Ibundanya Anas Bin Malik dalam hal ini telah memberikan teladan yang amat bijak, seperti tergambar pada kisah dijelaskan pada riwayat sebuah Hadits. Ketika seorang putranya meninggal, ia mengurusnya dengan tenang. Di saat yang tidak jauh berselang, suaminya Abu Thalhah, pulang setelah beberapa hari berdagang ke tempat yang jauh. Ummu Sulaim pun menjamu dan melayani suaminya tidur sebagaimana biasanya seolah-olah tidak ada musibah yang sudah terjadi. Setelah Ummu Sulaim meyakini bahwa suaminya sudah hilang lelahnya, baru ia berkata "Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurutmu jika ada seseorang yang menitipkan barang lalu ia mau mengambilnya kembali barang tersebut, bolehkah pihak yang dititipi barang tersebut menolak memberikannya?. Abu Thalhah dengan tegas menjawab Tentu tidak!. Dengan kata bijak Ummu Sulaim berkata Jika begitu, harapkanlah pahala dari Rabb atas kematian putramu". HR. Bukhori Muslim, Riyadlus Shalihin Bab Shabar. Demikian penjelasan QS. Al-Baqarah ayat 284 yang dilengkapi dengan kisah sejarah kesabaran Ummu Sulaim bersama suaminya atas kepergian putra mereka, dimana mereka berharap akan bertemu dengan anak yang baru saja meninggal di Surga Allah nanti. Semoga bermanfaat.

semua hanya titipan allah swt